RUPIAH AKAN TERUS MELEMAH

0
1434

Saya sudah berkali-kali mengingatkan dan menuliskan bahwa sepanjang tahun 2018 ini rupiah cenderung akan melemah.

Mungkin saja ada waktu2 tertentu rupiah seperti menguat tetapi itu hanya sementara saja dan selanjutnya akan melemah lagi. Jadi kalau ditarik garis lurus atau berjangka relatif panjang, per gerakan rupiah akan terus melemah.

Rupiah kalau menguat sifatnya sementara saja misalnya karena bunga rupiah dinaikkan atau dolar pas melemah karena faktor yg tidak ada hubungannya dengan ekonomi Indonesia, atau karena sedang ada intervensi di pasar valas oleh BI dll.

Tetapi semua “obat kuat” itu bukannya tidak beresiko. Naikkan bunga akan memberatkan Perekonomian kita dan semakin sulit bersaing dg negara lain.

Intervensi valas akan menggerus cadangan devisa kita yg terus menurun. Karena inti melemahnya rupiah adalah supply dolar atau pemasukan dolar ke ekonomi Indonesia LEBIH KECIL dari demand atau permintaan atau kebutuhan akan dolar, maka rupiah melemah. Dalam bahasa ekonominya adalah karena defisit transaksi berjalan Indonesia tahun ini diperkirakan USD 25 Miliar. Defisit atau ketekoran inilah sumber utama melemahnya rupiah terhadap dolar.

Jadi jangan bingung atau terus menerus menyalahkan ekonomi global dsb. Defisit transaksi berjalan ini terjadi karena Neraca Perdagangan (ekspor minus import barang dagangan) kita defisit. Begitu pula Neraca Transaksi Jasa yg defisit.

Pemerintah mencoba menutupi defisit valas ini dengan banyak cara antara lain dengan menarik utang valas atau _hot money_ lainnya. Ini bukan cara yg sehat dan bahkan bisa semakin terjerumus.
Fundamental ekonomi yg lemah ini juga diikuti dengan defist APBN.

*Jadi praktis ekonomi Indonesia ini defisit atau tekor dari semua jurusan.*

Utang valas pemerintah dan swasta termasuk BUMN yg konsisten naik tajam juga mulai mengkhawatirkan kreditur pada umumnya bahwa jangan-jangan ke depannya Indonesia akan kesulitan atau gagal bayar utang.

Dilain pihak pasar juga melihat ketergantungan ekonomi Indonesia pada barang import terutama pangan dan energi yg mau tidak mau akan membutuhkan valas.

Kalau mau “melihat” bagaimana lemahnya APBN kita dan ketergantungan kita pada import (yg berarti perlu valas), saya punya 2 (dua) pertanyaan atau alat uji yg sederhana yaitu:

1. Apakah APBN bisa berjalan bila pemerintah tidak menarik utang baru dalam 2-3 bulan saja?
Saya kira roda pemerintahan atau APBN akan _collapse_ tanpa utang baru.

2. Atau mampukah kita menyetop impor gandum yg _de facto_ sdh menjadi pengganti pangan beras?
Saya kira rakyat akan kesulitan atau bahkan “kelaparan”.

Jadi Bagaimana dengan Kemandirian Ekonomi yg dijanjikan pemerintah Jkw ? Saya kira sedang berjalan sebaliknya.

Apalagi pemerintah, karena tahun politik, sedang getol-getolnya melaksanakan berbagai policy yang cenderung populis atau semacam kampanye demi kemenangan Pilpres 2019? Pemborosan2 APBN demi popularitas di dalam negeri maupun luar negeri termasuk jadi Tuan Rumah pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia perlu ditinjau kembali.

*Tapi Itulah enaknya incumbent yang bisa berkampanye legal dengan biaya negara yang menjadi beban pemerintah atau generasi yang akan datang.*

Jakarta, 30 Juni 2018
Dr. Fuad Bawazier, pengamat ekonomi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here