Oleh: Choirul Aminuddin
(Sekretaris Jenderal BARA24)
SAYA mendapatkan pemandangan menarik ketika melakukan perjalanan ke Jawa Tengah pada pertengahan Agustus dan September 2023 ini.
Pemandangan itu bukan soal keindahan alam lereng Gunung Tidar, Gunung Lawu, Gunung Sindoro dan Sumbing atau kawasan wisata di Jawa Tengah lainnya, melainkan berdirinya sejumlah baliho dan poster di jalanan.
Pada perjalanan itu, saya melihat betapa banyak poster bergambar bakal calon presiden 2024: Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto minus Anies Baswedan.
Sebenarnya, saya bisa paham jika gambar Ganjar Pranowo berdiri tegak di mana-mana. Sebab Ganjar adalah mantan Gubernur Jawa Tengah 2018-2023. Dia juga disiapkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bertarung pada pemilihan presiden 2024.
Di samping itu, Jawa Tengah -diyakini oleh sebagian orang- menjadi kandang banteng hitam moncong putih -logo PDIP.
Demikian pula dengan Prabowo. Kabupaten Kebumen dipercaya menjadi daerah asal usul kakek moyang Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Oleh sebab itu, sangat wajar jika dia mendapatkan sambutan di Jawa Tengah.
Untuk dua alasan itu, saya paham. Tetapi ada hal lain yang membuat saya belum mengerti, mengapa di antara baliho dua bakal calon presiden itu selalu disertakan foto Presiden Joko Widodo?
Kesan saya pada baliho tersebut memperlihatkan bahwa Ganjar dan Prabowo berebut restu Joko Widodo.
Pertanyaannya, apakah jika tanpa restu Joko Widodo kalian bakal nyungsep pada kontestasi politik 2024?
Seharusnya, Ganjar -didukung PDIP, PPP dan partai bukan penghuni Senayan- percaya diri untuk menang tanpa membawa-bawa Jokowi.
Setali tiga uang dengan Ganjar, Prabowo -disokong oleh partai besar: Gerindra, PAN, Golkar dan Demokrat- tak perlu berkecil hati.
“Tak usah menyeret-seret Jokowi untuk berlaga pada 2024!”
Biarkanlah Joko Widodo fokus pada pekerjaannya sebagai presiden. Sebab, negara ini perlu perhatian serius: utang menumpuk, persoalan IKN, masalah kereta cepat Jakarta-Bandung dan lainnya.
Jika Anda berdua masih berkeras hati ingin melibatkan Presiden Joko Widodo, itu artinya kemandirian Anda dalam kepemimpinan diragukan, takut kalah.
Atau, apakah Anda berdua khawatir persoalan hukum yang pernah membelit dibongkar sehingga batal menjadi bakal calon presiden?
Wahai Ganjar dan Prabowo, lupakan endorsment Joko Widodo. Perlihatkan kepada konstituen bahwa Anda adalah calon pemimpin mandiri, tidak terkooptasi oleh kekuatan politik manapun dan tak takut dengan popularitas anjlok jika mengambil keputusan tidak populer.
Bertarunglah dengan ksatria menghadapi pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
Lihatlah duet Anies-Imin yang tidak pernah mencari restu pada Presiden Joko Widodo. Bahkan, pasangan ini justru cenderung dimusuhi karena dianggap mbalelo pada program pemerintahan sekarang.
Anies-Imin mengambil posisi sebaliknya dari Anda. Pasangan ini mengandalkan doa restu dari para pendukung di berbagai wilayah.
Giat massa di Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad pekan lalu, menjadi bukti. Menurut laporan, lebih dari satu juta orang berkumpul dalam kegiatan “Jalan Gembira” di kota tersebut. Mereka yang hadir sekaligus memberikan sokongan untuk Anies-Imin.
Sekali lagi, pesan saya untuk Ganjar dan Prabowo, janganlah meminta-minta restu kepada Presiden Joko Widodo. Tugas kepala negara itu sangat berat, jangan kalian recokin!