Sri-Bintang Pamungkas
Pada Sabtu dan Minggu pagi hari begini aku coba melepaskan segala penat dari kepala dan badanku dengan memandang bunga-bunga di sekeliling halaman rumah sambil duduk, jalan dan merebahkan diri di kursi malas. Seperti biasa para pedagang juga lewat di jalanan depan rumah sambil menawarkan dagangannya…
Sepagian itu aku mendengar mereka…: “Sapu, sapu…!” dengan gerobag dorongannya yang penuh dengan segala macam barang kebutuhan sehari-hari, seperti Ember plastik warna-warni, Gembor plastik, Ciduk plastik…, juga ada segala jenis Sapu… Sapu ijuk, Sapu lidi, Keset, kain Pel, Sulak bulu ayam, serta segala jenis peralatan dapur, seperti Panci aluminium, Wajan penggorengan, Ceret, Pisau dapur… Si Pedagang baru berhenti dan diam tak bersuara kalau ada calon pembeli yang memanggilnya…
Juga ada: “Sol Sepatu..!” dengan suara iramanya yang khas! Juga dengan berjalan kaki sambil memikul bahan dan peralatannya…
Tetapi ada yang naik sepeda: “Bak Pao!…. Bak Pao!” dengan Dandang aluminiumnya isi Bak Pao hangat… tanpa daging Babi… Juga ada Bakso Sapi Malang yang ngider memakai sepeda Ontel…
Tetapi ada pula yang memakai sepeda motor: ” Bubuuur Ayam!…. Bubuuur!” .
Ada pula yang hanya memperdengarkan suara seperti piring keramik dipukul-pukul dengan sendok: “Tik, tik, tik, tik, tik, tik…” terus-menerus hampir tak pernah berhenti… Entah berjualan apa dia…
Dan masih banyak lagi… ada yang memakai dorongan, pikulan, naik sepeda… sepeda motor… Mereka adalah para penjual Tape, Cendol, Asinan, Sayur, Buah, Tanaman dan Pot Bunga… dan Pembeli koran dan barang-barang bekas.
Kalau malam hari, yang pasti lewat adalah Sate… ada Kambing dan Ayam: “…Sateeee….”, Obama, orang Amerika, pun bisa menirukannya… Lalu ada Sate Padang, Nasi Goreng dan Mi Tèk-tèk… dan Sekuteng. Dengan suara sendok aluminium yang diketok-ketokkan pada mangkok: “… ting, ting, ting, ting, ting, ting…”, saya mulai hafal ini jualan Sekuteng…
Seringkali aku tidak tahu para pedagang itu menjual apa. Yang jelas dan pasti, mereka adalah Pribumi, Indonesia Asli… Tidak ada orang Arab, Cina, India… Begitu berat pekerjaan Bangsaku untuk bisa bertahan hidup. Mereka berjalan kaki berkilometer-kilometer untuk mendapatkan 10 ribu Rupiah untuk bisa makan siang hari itu guna bisa meneruskan perjalanannya… untuk memperoleh beberapa ribu Rupiah lahi yang bisa menghidupi anak-anak dan isterinya di rumah…! Contohnya adalah Sol Sepatu… Masih adakah orang yang memanggilnya?!Berhasil makankah mereka hari itu?!
Luar biasa pekerjaan mereka itu! Sesudah 77 tahun merdeka… Masih ada minimal 100 juta jiwa dari 270 juta jiwa Rakyat Indonesia yg bernasib seperti itu. Pasti Jokowi tidak pernah memikirkan itu… Juga Anies Baswedan… dan yang lain2…
Tak ada presiden di Dunia ini, yang ketika berkampanye, atau bahkan ketika dilantik, tidak berbicara tentang peningkatan lapangan kerja… termasuk negara Super Powers seperti Amerika Serikat. Menghadapi ratusan ribu imigran dari Amerika Tengah dan Selatan yang sedang melakukan long march mencari pekerjaan di AS, Joe Biden merencanakan investasi untuk menciptakan 500 ribu lapangan kerja baru… Sementara itu, Pemerintah Inggris justru mengusir para imigran Afrika kembali ke Rwanda…
Bagaimana dengan para pemimpin Indonesia?! Terutama Presiden dan para Gubernurnya?! Mereka tidak perlu sekolah tinggi untuk tahu tugas mereka itu…. Mereka tidak menghadapi imigran-imigran dari luar seperti di Eropa atau Amerika Serikat… Mereka menghadapi pengangguran dan kemiskinan rakyatnya sendiri… Tapi tak bergeming… bahkan tak ada suaranya… sepertinya “semua baik-baik saja!” Saya sudah menulis beberapa kali soal ini… Demikian juga banyak aktivis lain…dan yang bukan aktivis… tapi tulisan itu tak pernah terbaca…
Para pedagang asongan itu menurut Kamus Badan Pusat Statistik bukan pengangguran… meskipun BPS paham, mereka adalah orang-orang miskin yang pendapatannya tidak cukup untuk mendukung kebutuhan hidupnya… apalagi hidup yang layak.
Tidak cuma mereka… Ada yang hanya menyunggi keranjang berisi kacang goreng, permen, rokok, kadang ada air putih kemasan… juga ada yang jualan koran, tissue… dan macam-macam lainnya… Mereka ada di perempatan-perempatan jalan sambil bersembunyi-sembunyi dari Petugas Pamongpraja, sementara mobil-mobil mewah berseliweran… Adakah mereka yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangannya… selain kadangkala sopir truk yang kehausan atau sekedar mau merokok satu batang demi menghilangkan kantuk…
Lalu menjelang sore hari… Salahsatunya adalah di jalan Raya Bogor sesudah Pasar Rebo… Orang-orang Padang dan lainnya mulai menggelar lapak untuk memajang dagangannya…. Dari sepatu kulit, ikat pinggang kulit dan lain-lain sampai baju anak-anak dan dewasa, lelaki dan perempuan, celana jean dan bukan jean sampai jilbab dan kerudung, baju koko dan gamis… Mereka pasang lapak berderet-deret di trotoar… Saya tidak bisa membayangkan kalau hujan… Climate Change membikin bulan Juni lalu yang seharusnya kemarau menjadi seperti Januari yang hujan tiap hari. Apalagi sekarang memasuki Angin Muson Oktober.
Di tempat lain yang lebih lega, di emper-emper toko yang sudah tutup, orang sibuk mendirikan tenda-tenda. Mereka mencari tempat yang dekat dengan lampu jalanan… untuk berjualan Nasi Uduk, Kerang dan Seafood… Juga ada yang lain, sepertu Sate dan Gulai atau Sop Iga, atau nasi campur…
Itulah gambaran kegiatan Bangsaku… Di Ibukota Negara, Jakarta… Tentu itu semua terlepas dari perhatian Anies Baswedan, yang sibuk mau mendeklarasikan dirinya Capres RI 2024, sekalipun tahu dirinya keturunan Arab. Mumpung eranya UUD Palsu… Tetapi sekalipun UUD-nya Asli 45, orang yang mengkultuskan Anies masih saja membela diri dengan mengatakan Bung Karno pernah berpidato mengatakan Orang Arab di Indonesia adalah Pribumi…
Padahal sampai 1999 Ketentuan UUD 45 masih tidak berubah. Tentu Bung Karno-Bung Hatta tidak sebodoh itu…
Sebagai intelektual Anies mestinya tidak memakai Kacamata Kudanya dengan berpura-pura tidak tahu ketentuan Konstitusi Proklamasi 45. Sudah cukuplah kedudukan yang pernah diberikan oleh Anak Bangsa ini… disekolahkan, diberi kemudahan hidup… tidak seperti tukang sol sepatu yang berjalan berkilometer-kilometer sebelum bisa makan siang… Menjadi sarjana, menjadi Menteri lalu Gubernur di Ibukota Negara… Tapi tidak memanfaatkan kesempatan itu dengan menunjukkan kerja keras membantu Pribumi yang masih sulit menghadapi hidup… Tetapi justru tidak berani berkonfrontasi melawan Cina2 konglomerat…
Belum lagi kenaikan BBM dan inflasi yang akan segera mencapai puncaknya… Sebagai orang berpendidikan tinggi, mestinya Gubernur DKI ini lebih tahu dan lebih pandai daripada si Presiden yang tidak jelas sekolahnya ini.
Bisa saja Jokowi tidak tahu akibat global Perang Ukraina, karena sibuk mencari pembenaran memperpanjang masa jabatannya. Bisa saja Jokowi tidak tahu soal minyak dan gas Rusia yang diembargo AS, UK dan EU… Serta jutaan ton bahan makanan biji-bijian Ukraina yang macet bagi Negara-negara Miskin Afrika karena sengaja dibelokkan ke Eropa Barat… Bahkan sebagian hancur karena sejumlah silo tempat penyimpanannya, dan sawah-sawah (!) hancur karena perang…
Minyak Bumi dan Gas serta bahan-bahan makanan (supply side) yang tidak bisa mencapai wilayah pasarnya di belahan lain Dunia menjadi sumber krisis energi dan makanan serta inflasi di mana-mana. Harga minyak mentah dari 50$ per barel pernah menyentuh 120$… lalu turun ke 90$… Tidak hanya negara-negara Eropa yang mengalami inflasi, tapi juga di Afrika, Asia dan Amerika! Di AS, bensin pernah di atas 5$ segalon dengan inflasi mencapai 7% tertinggi selama 40 tahun. Di Turki inflasi mencapai 70%… juga di Argentina. Akibat krisis itu, banyak negara Afrika yang akan mengalami kelaparan dan kematian.
Emanuel Macron dari Perancis yang barusan terpilih kembali juga sedang klabakan menghadapi perekonomiannya. Sampai-sampai menyerukan agar Uni Eropa tidak terlalu menekan Rusia. Tapi tetap saja keran gas ditutup untuk waktu yang tak jelas… Bahkan seluruh Eropa Barat, termasuk Inggris… ketar-ketir menghadapi musim dingin tanpa gas pemanas Rusia…
Rusia sendiri tidak peduli dg berbagai embargo dan sangsi-sangsi AS dan UE. Dia tetap ekspor minyaknya ke Cina, India dan lain-lain… yang membutuhkan. Selama beberapa bulan ini Rusia membukukan penjualan tidak kurang dari 60 milyar Dollar dari ekspornya itu.
Bahkan orang Rusia mengambil alih kepemilikan 850 tempat Makanan Saji McDonald yang ditutup akibat sangsi AS. Namanya pun diganti dengan nama Rusia. Mungkin simbol M juga diganti dengan Z mengikuti nama Zelensky, agar konsumen Rusia tidak berhenti mengganyang Ukraina.
Zelensky mengira dengan senjata kiriman AS iru Ukraina berhasil merebut beberapa wilayahnya dari pendudukan Rusia. Padahal tentara2 Rusia sengaja mundur, karena wilayah2 itu sudah tidak mungkin bisa dihuni oleh manusia hidup… Zelensky pun belum memikirkan berapa puluh milyar Dollar tagihan yang harus dibayarnya kembali.