Jakarta, Diksi, Narasi Islam phobia yang digunakan untuk membendung poros islam gagal, malah menambah kekuatan dan solidaritas poros slam dan ini juga akan menpengaruhi peta ke kuata partai dan oligarki tidak jadi dominan menetukan peralihan kekuasaan dan peristiwa ini mirip menjelang kemerdekaan, pasca kemerdekaan pemilu 1955, orde baru dan reformasi.
Namun kondisi tersebut di atas, masih ada kelompok tengah yang dipercaya oleh poros islam, jadi masa itu partai, oligarki dan pengusaha,tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh intelektual, tokoh ormas ,serta tokoh pemuda mampu mewarnai pergantian kekuasaan pada waktu itu, tetapi untuk situasi saat ini berbeda.
Situasi ini bisa dilihat dengan sikap partai koalisi dan oligarki gamang dan berakibat mereka bermain sendiri dan tercermin ada perpecahan di koalisi dan oligarki.
Kondisi yang terjadi ini bisa terlihat dari gagalnya penanganan kesehatan dan keuangan sehingga pemerintah melakukan pemanfaatan penggalangan kekuatan ke uangan melalui umat islam, dan mengambil bantuan bank dunia. Dan ini keraguan ketua BPK dalam dengar pendapat Dewan Perwakilan Rakyat yang mengatakan ” dengan penambahan hutang akan menyebabkan ketidakmampuan membayar hutang” karena menurut ketua BPK Agung Permana”. Penambahan hutang dan bunganya, telah melibihi pendapatan PDB” Dari gambaran ini hilang kepercayaan masyarakat dan ini yang membuat para Nasionalis, kelompok agama lain merapat ke kelompok Islam, ini terlihat dengan dukungan kelompok Islam mendukung pemutihan Pengadilan Negeri Jakarta Timur, pada putusan HRS tanggal 24 juni 2021 dan juga twiter Gus Sahal tentang putusan HRS