Oleh
TIM REDAKSI MEDIANSEAS
Beragam pemikiran atau pembahasan atas tema diskusi publik yang diselenggarakan Hariman Siregar dkk. Secara ringkas masing2 pemikiran yang dipimpin Syahganda Nainggolan dimaksud sbb:
- Max Lane (Ilmuwan Politik dan Indonesianis dari Australia):
Sejarah kemerdekaan Indonesia sebagai bayi on state dimulai sejak tahun 50an. Selama 30 tahun Orde Baru banyak hal yang perlu dipelajari secara mendekam. Hak2 tersebut memiliki dampak sampai saat ini. Warna politik yang terjadi sekarang ini masih diwarnai oleh peristiwa politik terjadi di era Orde Baru.
Menurut Max Lane, pelaku perubahan yang bisa membawa Indonesia maju adalah generasi umur di bawah 25 tahun. Bagi mereka yang mau melihat perubahan ke depan, harus memberi kebebasan bagi pelajar dan mahasiswa untuk memikirkan Indonesia masa depan.
Kita harus mendorong generasi muda untuk memulai dan memberi jawaban bagaimana seharusnya reformasi ke depan.
Di mata Max Lane, juga menilai generasi reformasi banyak tidak memahami makna peristiwa2 politik Orde Baru yang sesungguhnya mempunyai dampak besar terhadap sejarah politik sekarang ini. Pada dasarnya, Ia sepakat suatu upaya perubahan ke depan harus mempelajari juga peristiwa2 politik masa lalu.
- Ari Sujito (akademisi UGM):
Reformasi adalah refleksi dari sejarah. Ada banyak hal menjadi pekerjaan rumah kita. Ada masalah korupsi, kita gagal membongkar struktur kekuasaan yang mendasar. Kita punya KPK, tetapi belum mampu membongkar struktur kekuasaan, kecuali hanya bersifat teknokratik.
Politik identitas membengkak kini karena kita gagal mengimajinasikan Indonesia di masa depan. Ketidakadilan menjadi persoalan serius bagi generasi sekarang. Harus diakui political will diperlukan, tetapi juga aksi massa diperlukan.
Selanjutnya, Ari menilai reformasi bidang pertahanan dan keamanan juga masih pekerjaan rumah kita selama ini.
Terakhir, politik biaya tinggi pada pelaksanaan Pilkada langsung. Baginya, yang salah bukan Pilkada langsung, tetapi aspek kelembagaan Parpol. Yang terjadi siapa yang mempunyai dana banyak, dialah yang menguasai Parpol.
Menurut Ari, rakyatlah yang harus menjadi representasi dalam struktur kekuasaan. Ke depan harus ada terobosan besar. Apa yang harus diyakini generasi muda sekarang untuk masa depan Indonesia. Persoalan keadilan dan kemiskinan sebagai problem kolektif. Mahasiswa harus berpikir kekuasaan 10 tahun mendatang.
- Daniel Dhakidae (Alumnus Sospol UGM dan Pengamat Politik/Pemerintahan).
Sebagai mantan aktivis mahasiswa UGM seangkatan dengan Hariman Siregar di UI, Daniel Dhakidae berbicara kondisi aksi mahasiswa saat FRONK, Menteri Pembangunan Belanda mengunjungi UGM dalam suatu pertemuan dengan Guru Besar dan petinggi UGM. Saat itu Daniel mengambil Mikropon dan berpidato mengkritik modal asing. Saat itu, kecenderungan aktivis gerakan mahasiswa lebih banyak dimotori oleh aktivis non organisasi mahasiswa ekstrauniversiter. Sementara, Parpol sudah dikebiri dan tidak berfungsi hingga tahun 80an. Baru setelah adanya gerakan reformasi, parpol menjadi berperan.
Daniel yang juga Alumnus Administrasi Negara Sospol UGM ini berkesimpulan cukup mengundang kontroversial. Baginya, gerakan mahasiswa Malari justru menjadikan Presiden Suharto menjadi Diktator. Sebelumnya Suharto masih berbagi kekuasaan dengan pihak2 lain seperti Panglima Kopkamtip dan Asisten Pribadi Presiden. Sejak peristiwa Malari kedua jabatan itu dibubarkan oleh Suharto, tugas diambil alih langsung oleh Suharto. Kesimpulan Daniel ini menarik untuk dikaji, karena bisa mengundang pemikiran spekulatif lebih lanjut bahwa gerakan mahasiswa Malari justru menguntungkan pribadi Suharto sebagai aktor individual dalam politik kekuasaan. Sayang sekali kesimpulan Daniel ini tidak mendapat tanggapan kritis dari audiens. Perserta diskusi hanya tertawa mendengar penekanan kesimpulan Daniel ini.
Selanjutnya, Daniel mengkritisi kondisi setelah Parpol berperanan era reformasi ini. Saat Parpol dan legislatif sangat berperan sekarang, justru mahasiswa tidak berperan dalam politik. Tapi, lanjut Daniel, korupsi juga ikut kekuasaan parpol dan legislatif. Bagaimana pemecahannya? Bagi Daniel, hanya mengontrol kekuasaan kita bisa mengontrol korupsi. Korupsi tidak ada hubungannya dengan moral agama. Korupsi hubungannya sangat terkait dengan kekuasaan. Korupsi terjadi di tempat2 kekuasaan yang besar.