Belakangan ini semakin meningkat dukungan dan sikap simpati rakyat Indonesia terhadap Gubernur NTB, Tuan Guru Bajang (TGB). Sejumlah pengamat politik menilai Tuan Guru Bajang ini layak menjadi Calon Wakil Presiden RI dalam Pilpres 2019 mendatang. Salah satu argumentasi mereka adalah Tuan Guru Bajang ini bukan orang Jawa, sehingga untuk menjadi Calon Presiden (Capres) menjadi tidak layak, tetapi sangat berpeluang menjadi Calon Wakil Presiden RI. Mereka umumnya percaya, perilaku pemilih dalam Pilpres masih dipengaruhi kesamaan etnis atau primordialisme suku bangsa. Hal ini memang diakui dalam kajian politik perilaku pemilih Indonesia, bahwa perilaku pemilih ditentukan oleh kesamaan suku bangsa atau etis/suku.
Namun, terkait dengan Calon Wakil Presiden, Tuan Guru Bajang mengakui, belum ada Parpol yang meminangnya. Ia sendiri berpikir, jika ada Parpol mendukungnya, itu suatu kehormatan baginya. Sementara ini, baru sebagai wacana oleh kalangan Lembaga Survei atau Opini Publik, yang hasilnya menunjukkan Tuan Guru Bajang selalu memperoleh dukungan paling banyak dari responden, bahkan di atas 70 %. Ia memiliki dukungan sangat tinggi dibandingkan Ketua PKB, Muhaimin Iskandar, Ketua PAN Zulkifli Hasan, dan Ketua PPP Romy.
Di lain pihak, sudah muncul dukungan dan simpati rakyat terhadap Tuan Guru Banjang ini, menghendaki agar menjadi Calon Presiden pada Pilpres 2019. Salah satu kelompok rakyat dimaksud justru datang dari Provinsi Sumatera Barat, yakni kelompok tani tanah Minang, FKPT Sumbar. Mereka menyatakan mendukung Gubernur NTB maju menjadi Capres dalam Pilpres 2014 mendatang.
Para pemuda tani yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pemuda Tani Sumatra Barat (FKPT Sumbar) itu mendeklarasikan dukungan mereka kepada Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) untuk maju dalam ajang Pemilihan Presiden 2019-2024. Deklarasi dukungan terhadap TGB tersebut disampaikan di Padang pada Rabu (7/2/2018). Juru Bicara FKPT Sumbar M Arif mengatakan, dukungan kepada TGB dari para pemuda tani Sumbar muncul setelah melihat komitmen dan prestasi TGB terhadap pembangunan pertanian, pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan, selama menjabat sebagai Gubernur NTB. “Kami berharap prestasi ini bisa dilanjutkan di level nasional,” kata Arif di Padang, pada acara deklarasi tersebut.
Di media massa dan media sosial juga kita mulai menemukan publikasi penampilan dan persepsi Tuan Guru Bajang terhadap masalah-masalah pembangunan, rakyat, bangsa dan negara. Tuan Guru Bajang menunjukkan tradiri intelektual dalam dirinya terkait dengan tradisi intelektual Islam. Latar belakang pendidikan dan sosialisasi politik di dalam masyarakat Islam santri di NTB membuat ia memiliki tradisi intelektual Islami, sebagai sesuatu yang unik bagi elite politik daerah dan nasional selama ini. Keunikan tradisi intelektual dimiliki Tuan Guru Bajang ini menyebabkan pada umumnya kelompok Islam politik di Indonesia bersimpati dan mendukung tampilnya Tuan Guru Bajang sebagai tokoh politik nasional di Indonesia. Masa depan poitik Gubernur NTB ini diharapkan memasuki panggung politik nasional, dari level Provinsi/Daaerah menuju level nasional.
Salah satu media massa telah menampilkan Tuan Guru Bajang ke hadapan publik, Inews TV, minggu kedua Februari 2018. Inews TV mengambil topik yakni Masa Depan Politik Tuan Guru Bajang, Gubernur NTB. Inews TV membeberkan Pandangan Tuan Guru Bajang antara lain.
1. Tuan Guru Bajang dalam memimpin NTB berupaya merangkum semua kelompok. Dia berupaya merajut unsur budaya tiga etnis utama di NTB yakni Sasak, Samawa dan Mbojo. Dalam unsur arsitektur bangunan Masjid Islamic Center Mataram misalnya unsur tiga pusat budaya utama NTB itu terlihat dengan jelas. Tuan Guru Bajang juga berupaya memadukan keislaman dan cinta tanah air terkait pemilihan nama masjid Husbulwatan.
2. Dengan mengambil pelajaran dari cerita Fir’aun dalam Al-Qur’an surat Azzuhruf bahwa dalam memimpin tidak bisa mengandalkan pendapat sendiri saja, karena sarat penyalahgunaan kekuasaan, tapi harus banyak mendengar dari rakyat, karena jabatan adalah amanat. Dia mengutip ungkapan Lord Acton : Power tends to corrupt. Absolute powet corrupt absolutely. Menurut TGB, meskipun dalam sistem politik kita cabang kekuasaan sudah terbagi, tetap saja terbuka kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan di setiap tingkat kekuasaan. Seperti diketahui bahwa kekuasaan itu banyak godaannya. Bagi Tuan Guru Bajang pribadi untuk menangkal godaan penyalahgunaan kekuasaan, TGB diuntungkan dengan adanya identitas pribadi dan identitas sosial yang dibentuk dari latar belakang keluarga agamis dan pendidikan pesantren serta latar belakang organisasi Nahdatul Watan. Disamping itu, juga harus selalu konsisten memberi tauladan yang baik, karena membawa nama keluraga, lembaga pendidikan dan organisasi. Tidak kalah pentingnya adalah membentuk sistem yang kuat yakni sistem pengawasan, sistem pengambilan keputusan secara berjenjang dan mekanisme koreksi.
3. Pandangan TGB tentang hubungan antar agama di NTB. TGB menjelaskan bahwa NTB merupakan laboratorium kerukunan umat beragama. Meskipun NTB mayoritas muslim, tetapi kenyamanan kehidupan beragama bagi agama minoritas Konghucu, Kristen, Katolik, Buda, Hindu, bisa terjamin baik dalam kebebasan beribadah maupun kerukunan. Ada tag sejak tahun 2008 sampai sekarang bahwa “NTB rumah kita bersama”. Sehingga kebijakan di ruang publik tidak boleh diskriminatif.
4. Menurut TGB mengabdi di pemerintahan bisa menjadi wahana untuk memasuki banyak lini masyarakat dan untuk mewujudkan kemaslahatan masyarakat.
5. Menanggapi perbincangan akhir-akhir ini bahwa TGB berpeluang sebagai salah satu kandidat wakil presiden, TGB menanggapi bahwa sebagai salah satu tanda masyarakat itu khusnudzon (berprasangka baik) terhadapnya. Bila berkesempatan dan ada panggilan menjadi wakil presiden, bagi TGB, sebagai warga negara tentu siap saja menerima panggilan itu. Karena dengan demikian semakin bisa berkontribusi lebih banyak untuk bangsa dan negara.
Terlepas dari penekanan Inews TV yang hanya menyinggung peluang sebagai calon wakil presiden, dan itu rasional, tetapi tidak bisa diabaikan kolompok yang mulai mendorong Tuan Guru Bajang menjadi calon Presiden RI. Meskipun dari kalkulasi politik kecil kemungkinan peluang orang luar Jawa menjadi Presiden RI, tapi dari kelompok Islam Politik juga ada yang berpendapat lain bahwa kalau Allah berkehendak kecenderungan perilaku pemilih bisa berubah dengan adanya peristiwa tertentu. Wallahu A’lam bishawab.
Yaminuddin, Pemred